Next book...
"Tawanan Bintang"
Aku tak perlu menunggu menjelma menjadi seorang Al-Ghazali atau Jalaluddin Rumi.
Tuk menjadi seorang bijak.
Cobaan hidup buatku belajar memahami.
Kala telah terjatuh, tersungkur, dan terhenyak.
Lalu, menyerahkan hati hanya pada Ilahi.
Dan melapangkan dada banyak banyak.
Terpercik sejuta rasa di dada penuh misteri.
Sungguh manis di hati tiada terperi.
Hingga keegoisan deras arus air mata bermuara pada pusaran rekah senyuman hakiki.
Hingga keangkuhan dinding-dinding hati terpekur merinding berdiri.
Hingga ketinggian langit-langit hati luluh lantah tak kuasa memungkiri."
"Selama ini aku merasa paling benar dan tak terbantahkan. Aku tak sadar bahwa, aku merasa dengan menggunakan hatiku yang gelap. Hingga pikiranku pun jadi budak oleh perasaanku yang sesat. Sampai kau menegurku keras menyadarkanku bahwa, hatiku padam dan kelam. Membuatku tersentak bahwa, aku memang di tengah gulita. Kau ketuk pintu hatiku, hingga aku mau membuka pintu dunia sendiriku. Dan dari celah pintu yang membuka itu, menelusup cahaya Hakiki. Membuatku mampu melihat keajaiban & keindahan di balik hatiku dan hatimu."
Penulis, Ravianty Dony.
Didedikasikan untuk semua mahluk Tuhan yang pernah karam mengharungi bahtera kehidupan.
Minggu, 11 Oktober 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Dear ibi,
BalasHapusYou born to be creative_
"i'am here to stay, i'am here with you"
Just believe.
Ravi... gud job... :)
BalasHapusMain-main ke blog aku ya..
AKu juga baru ada cerpen yang masuk antologi , judul bukunya Sebilah Sayap Bidadari
http://supergal2.blogspot.com/2010/03/karyaku-di-antologi-sebilah-sayab.html
mantappbs...ditunggu Buku nya ...hehe
BalasHapussyair yang menawan..
BalasHapusi like it